Senin, Mei 05, 2008

Amerika = Internasional ? Pikir lagi...

Well,

Pikiran ini muncul tiba2 saat saya berpikir (lho??)...

Pernahkah muncul dipikiran anda bahwa Amerika itu rajanya dominasi dunia ?

Beginih...

Waktu masih SMU dulu, kita diajarin buat make Satuan Internasional dalam perhitungan...detilnya Satuan Internasional bisa diliat DISINI

Disitu terlihat bahwa Satuan Internasional, gue ulangi Satuan Internasional dalam perhitungan adalah sebagai berikut :

1. Panjang / Tinggi: Meter
2. Berat : Kilogram
3. Waktu : Second
4. Suhu : Kelvin

Coba kita liat sekarang satuan yang jamak dipake sama Amerika :

1. Panjang : Yard / Miles
2. Tinggi : Feet
3. Berat : Pound
4. Suhu : Fahrenheit

Bingung ? Saya juga...

Lucunya, pada saat kita berada di forum internasional, transaksi di luar negeri, bahasa pengantar pada forum internasional atau hajatan tingkat tinggi itu alat komunikasi yang dipake adalah

B A H A S A I N G G R I S

Dengan embel - embel bahasa internasional. Hmm. Masih bingung saya. Masih mencoba mencerna.

Kenapa anomali ini bisa terjadi ? Lalu sebenernya dimana letak internasionalnya Amerika itu ?

Kiranya Bahasa Inggris yang dimaksud adalah bahasa Inggris Raya ? dan bukan Bahasa Amerika ?

Ah, ngelantur saya ini...

Jumat, April 25, 2008

Hari Bumi (air)...


jaman sekarang ngomong musti tau fakta oom
Okeh,

Dalam rangka hari bumi 22 April ini, gue mencoba untuk menyoroti kejadian yang pernah gue alami beberapa tahun yang silam...

Ceritanya begini,

Waktu gue SMA, gue tergabung dalam organisasi kerohanian di sekolah gue, nah kebetulan di organisasi itu ada salah seorang alumni pembimbing organisasi itu dengan inisial nama KM, biasa dipanggil K**el...

Si bang KM ini adalah seorang yang taat beragama (dilihat dari luarnya), serius, terkadang anti guyon, dan sedikit skeptis (kalo boleh gue bilang begitu).

Suatu hari, bang KM sama gue dan temen2 lainnya menghadiri sebuah acara di Masjid Agung Tangerang, singkat cerita, waktu pas makan siang, dengan suguhan air putih dalam kemasan (Aqua gelas.red)...

Bang KM mulai berkelakar mengenai air minum dalam kemasan itu, waktu itu beliau "menguliahi" gue dengan kata2 :


Bang KM : Kamu tau ga? air mineral itu seharusnya ga boleh dijual...
Gue : Ooo...
Bang KM : Karena kalo berdasarkan UUD, bahwa semua SDA di Indonesia ini milik negara dan digunakan sebaik2nya untuk kesejahteraan rakyat
Gue : *mendengarkan dengan seksama*
Bang KM : Sementara si pengusaha air ini kalo diajuin pertanyaan kayak tadi pasti jawabnya "...kita ga jual airnya koq, kita jual kemasannya..."




Pembicaraan tadi berakhir dengan kondisi dimana gue sangat tidak paham dengan kalimat bang KM itu tadi...
Beberapa tahun kemudian, gue kuliah mengambil jurusan yang memang punya mata kuliah yang membahas mengenai Pengelolaan Sumber Daya Air.

Barulah kemudian gue tau bahwa apa yang waktu itu diceritakan bang KM ke gue tidaklah sepenuhnya benar.

Faktanya,

1. Secara teknis, sumber air baku yang siap minum itu tidak pernah ada di dunia, sehingga memerlukan treatment (pengolahan) tambahan untuk benar2 siap minum.

2. Treatment itu kemudian membutuhkan biaya tentunya, mengingat PDAM saat ini masih memproduksi air baku air bersih, dan bukan air baku air minum.

3. Sumber air baku air minum dan air bersih saat ini semakin menurun kualitasnya diakibatkan oleh pencemaran di badan air (waduk, sungai, danau, rawa, dll).

4. Bahkan dalam kondisi mata air yang jernih sekalipun terkandung bakteri yang -boleh jadi- merugikan kesehatan sehingga tetap membutuhkan desinfeksi pada air tersebut sebelum siap minum.

Kendala yang dihadapi PDAM saat ini adalah sangat tolerable, mengingat dengan kondisi badan air yang tercemar parah, maka beban dalam pengolahan air baku menjadi -minimal- air bersih saja sangatlah mahal.

Tapi kalo PDAM dituntut menyediakan air minum, otomatis biaya membengkak, sementara harga air PAM udah ga mungkin naik lagi.

*coba pisahkan antara air minum dan air bersih*

Kendala yang memusingkan.
Oleh karena itu,

Gue berharap bahwa tidak muncul bang KM lainnya yang hanya berbicara mengenai sejejak peristiwa tanpa tau dasarnya.
Gue paham bahwa terkadang dunia bisnis itu kejam, tapi silat lidah yang tidak berujung fakta juga kurang dewasa menurut gue.
Kita musti paham dan "telanjang" dalam melihat suatu permasalahan kalo menurut gue, gak bisa serta merta kemudian ngebela orang miskin di pinggir kali...
Trus maki2 pengusaha air minum dalam kemasan.
Karena pada delik faktanya, orang2 yang tinggal di bantaran kali itulah biang keladi paling utama buat pencemaran air sungai, yang notabene sampe saat ini masih dipake sama PDAM buat sumber air baku air bersihnya...
So,
Which one you choose ?
Ironic? as it seem...and as usual...

Gambar gue kelontok dari sini

Kamis, Februari 28, 2008

2 Manusia Super di Jembatan Setiabudi

Ini cuman cerita orang yang gue kutip aja, semoga jadi bahan renungan...

Tanpa disadari terkadang sikap apatis menyertai saat langkah kaki
mengarungi tuk coba taklukkan ibukota negri ini. Semoga kita selalu diingatkan.

Sekedar berbagi cerita di forum orang orang super dalam keindahan hari ini :

Siang ini February 6, 2008 , tanpa sengaja ,saya bertemu dua manusia
super. Mereka mahluk mahluk kecil , kurus ,kumal berbasuh keringat. Tepatnya
diatas jembatan penyeberangan setia budi , dua sosok kecil berumur kira kira
delapan tahun menjajakan tissue dengan wadah kantong plastik hitam.
Saat menyeberang untuk makan siang mereka menawari saya tissue diujung
jembatan, dengan keangkuhan khas penduduk Jakarta saya hanya mengangkat tangan lebar lebar tanpa tersenyum yang dibalas dengan sopannya oleh mereka dengan ucapan "Terima kasih Oom !". Saya masih tak menyadari kemuliaan mereka dan Cuma mulai membuka sedikit senyum seraya mengangguk kearah mereka.

Kaki - kaki kecil mereka menjelajah lajur lain diatas jembatan , menyapa
seorang laki laki lain dengan tetap berpolah seorang anak kecil yang penuh
keceriaan, laki laki itupun menolak dengan gaya yang sama dengan saya,lagi
lagi sayup sayup saya mendengar ucapan terima kasih dari mulut kecil mereka
Kantong hitam tampat stok tissue dagangan mereka tetap teronggok disudut
jembatan tertabrak derai angin Jakarta . Saya melewatinya dengan lirikan
kearah dalam kantong itu , duapertiga terisi tissue putih berbalut plastik transparan .

Setengah jam kemudian saya melewati tempat yang sama dan mendapati
mereka tengah mendapatkan pembeli seorang wanita , senyum diwajah mereka
terlihat berkembang seolah memecah mendung yang sedang manggayut langit Jakarta .

" Terima kasih ya mbak .semuanya dua ribu lima ratus rupiah!" tukas mereka
, tak lama siwanita merogoh tasnya dan mengeluarkan uang sejumlah sepuluh
ribu rupiah .

" Maaf , nggak ada kembaliannya ..ada uang pas nggak mbak ? " mereka
menyodorkan kembali uang tersebut. Si wanita menggeleng, lalu dengan
sigapnya anak yang bertubuh lebih kecil menghampiri saya yang tengah
mengamati mereka bertiga pada jarak empat meter.

" Oom boleh tukar uang nggak , receh sepuluh ribuan ?" suaranya
mengingatkan kepada anak lelaki saya yang seusia mereka . sedikit
terhenyak saya merogoh saku celana dan hanya menemukan uang sisa kembalian food court sebesar empat ribu rupiah .

" Nggak punya , tukas saya !" lalu tak lama siwanita berkata " ambil
saja kembaliannya , dik !" sambil berbalik badan dan meneruskan langkahnya
kearah ujung sebelah timur.

Anak ini terkesiap , ia menyambar uang empat ribuan saya dan menukarnya
dengan uang sepuluh ribuan tersebut dan meletakkannya kegenggaman saya
yang masih tetap berhenti , lalu ia mengejar wanita tersebut untuk
memberikan uang empat ribu rupiah tadi. Siwanita kaget , setengah berteriak ia
bilang " sudah buat kamu saja , nggak apa..apa ambil saja !", namun mereka
berkeras mengembalikan uang tersebut. " maaf mbak , Cuma ada empat ribu , nanti kalau lewat sini lagi saya kembalikan !" Akhirnya uang itu diterima
siwanita karena sikecil pergi meninggalkannya.

Tinggallah episode saya dan mereka , uang sepuluh ribu digenggaman saya
tentu bukan sepenuhnya milik saya . mereka menghampiri saya dan berujar " Om , bisa tunggu ya , saya kebawah dulu untuk tukar uang ketukang ojek !".

" eeh .nggak usah ..nggak usah ..biar aja ..nih !" saya kasih uang itu
ke sikecil, ia menerimanya tapi terus berlari kebawah jembatan menuruni
tangga yang cukup curam menuju ke kumpulan tukang ojek.

Saya hendak meneruskan langkah tapi dihentikan oleh anak yang satunya ,
" Nanti dulu Om , biar ditukar dulu ..sebentar "
" Nggak apa apa , itu buat kalian " Lanjut saya
" jangan ..jangan Om , itu uang om sama mbak yang tadi juga " anak itu
bersikeras " Sudah ..saya Ikhlas , mbak tadi juga pasti ikhlas ! saya berusaha
membargain, namun ia menghalangi saya sejenak dan berlari keujung
jembatan berteriak memanggil temannya untuk segera cepat , secepat kilat juga ia meraih kantong plastik hitamnya dan berlari kearah saya.

" Ini deh om , kalau kelamaan , maaf .." ia memberi saya delapan pack
tissue " Buat apa ?" saya terbengong

" Habis teman saya lama sih Om , maaf , tukar pakai tissue aja dulu "
walau dikembalikan ia tetap menolak .

Saya tatap wajahnya , perasaan bersalah muncul pada rona mukanya . Saya
kalah set , ia tetap kukuh menutup rapat tas plastic hitam tissuenya .
Beberapa saat saya mematung di sana , sampai sikecil telah kembali
dengan genggaman uang receh sepuluh ribu , dan mengambil tissue dari tangan
saya serta memberikan uang empat ribu rupiah.

"Terima kasih Om , !"..mereka kembali keujung jembatan sambil sayup
sayup terdengar percakapan " Duit mbak tadi gimana ..? " suara kecil yang lain
menyahut " lu hafal kan orangnya , kali aja ketemu lagi ntar kita kasihin
..." percakapan itu sayup sayup menghilang , saya terhenyak dan kembali
kekantor dengan seribu perasaan.

Tuhan ..Hari ini saya belajar dari dua manusia super , kekuatan
kepribadian mereka menaklukan Jakarta membuat saya trenyuh , mereka berbalut baju lusuh tapi hati dan kemuliaannya sehalus sutra , mereka tahu hak mereka dan hak orang lain , mereka berusaha tak meminta minta dengan berdagang Tissue.

Dua anak kecil yang bahkan belum baligh , memiliki kemuliaan diumur
mereka yang begitu belia.

YOU ARE ONLY AS HONORABLE AS WHAT YOU DO

Engkau hanya semulia yang kau kerjakan.

MT

Saya membandingkan keserakahan kita , yang tak pernah ingin sedikitpun
berkurang rizki kita meski dalam rizki itu sebetulnya ada milik orang
lain .

"Usia memang tidak menjamin kita menjadi Bijaksana , kitalah
yang memilih untuk menjadi bijaksana atau tidak"

Semoga pengalaman nyata ini mampu menggugah saya dan teman lainnya
untuk lebih SUPER.



Aryadi N SM 0304
QHSE Manager I BHM Corp I 0817 149369 I Oil and Gas


Ya Allah...semoga Engkau menetapkan kejujuran dan ketulusan di hati mereka...

Ya gusti...berikanlah ganjaran dan imbalan yang setimpal pada setiap senyum mereka, ucapan terima kasih mereka, dan setitik niat suci yang telah Engkau karuniakan pada mereka...

Amin.


Gue berharap anak2 seperti inilah yang kelak memimpin bangsa...

Bukan gue, apalagi pejabat2 serakah yang saat ini sedang memimpin negeri ini...